HIDROSFER
DINAMIKA
PERUBAHAN HIDROSFER DAN DAMPAKNYA
TERHADAP
KEHIDUPAN DI MUKA BUMI
Hidrosfer berasal dari kata hidros yang
artinya air dan sphere yang artinya daerah atau bulatan. Hidrosfer dapat
diartikan daerah perairan yang mengikuti bentuk bumi yang bulat. Daerah
perairan ini meliputi samudera, laut, danau, sungai, gletser, air tanah, dan
uap air yang terdapat di atmosfer. Diperkirakan hampir tiga perempat atau 75 %
muka bumi tertutup oleh air. Jadi dapat dikatakan bumi kita ini adalah planet air.
Air di bumi memiliki jumlah yang tetap
dan senantiasa bergerak dalam suatu lingkaran peredaran yang disebut dengan
siklus hidrologi, siklus air atau daur hidrologi.
Persentase luas permukaan laut dan luas
permukaan daratan
Di belahan bumi utara dan selatan.
BELAHAN
BUMI
|
LUAS
LAUTAN (%)
|
LUAS
DARATAN (%)
|
Utara
Selatan
|
61
81
|
39
19
|
Untuk keperluan pemahaman praktis dalam
mempelajari tentang air diperlukan beberapa cabang ilmu, antara lain sebagai
berikut :
1. Hidrometeorologi,
yaitu ilmu yang mempelajari hubungan antara unsur-unsur meteorologi dan siklus
hidrologi yang ditekankan kepada hubungan timbal balik.
2. Potamologi,
yaitu ilmu yang mempelajari air yang mengalir di permukaan tanah, baik yang
melalui saluran, maupun yang tidak melalui saluran.
3. Geohidrologi,
yaitu ilmu yang mempelajari keberadaan, persebaran, dan gerak air di bawah
permukaan tanah.
4. Limnologi,
yaitu ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk air yang berada di danau.
5. Oseanologi,
yaitu ilmu yang mempelajari tentang keadaan air di lautan.
Siklus
air dibedakan menjadi 3 macam, yaitu sebagai berikut :
1. Siklus
Air Kecil, yaitu air laut menguap, mengalami kondensasi menjadi awan dan hujan,
lalu jatuh ke laut
2. Siklus
Air Sedang, yaitu air laut menguap, mengalami kondensasi dan dibawa angin,
membentuk awan di atas daratan, jatuh sebagai hujan, lalu masuk ke
tanah, selokan, sungai, dan ke laut lagi.
3. Siklus
Air Besar, yaitu air laut menguap menjadi gas kemudian membentuk kristal-kristal
es di atas laut, dibawa angin ke daratan (pegunungan tinggi), jatuh sebagai
salju, membentuk gletser (lapisan es yang mencair), masuk ke sungai, lalu
kembali ke laut.
Terjadinya siklus air tersebut
disebabkan oleh adanya proses-proses yang mengikuti gejala meteorologis dan
klimatologis, antara lain :
1. Evaporasi,
yaitu penguapan benda-benda abiotik dan merupakan proses perubahan wujud air menjadi gas. Penguapan di bumi 80 % berasal
dari penguapan air laut.
2. Transpirasi,
yaitu proses pelepasan uap air dari tumbuh-tumbuhan melalui stomata atau mulut
daun.
3. Evapotranspirasi,
yaitu proses gabungan antara evaporasi dan transpirasi.
4. Kondensasi,
yaitu proses perubahan wujud uap air menjadi air akibat pendinginan.
5. Adveksi,
yaitu transportasi air pada gerakan horizontal seperti transportasi panas dan
uap air dari satu lokasi ke lokasi yang lain oleh gerakan udara mendatar.
6. Presipitasi,
yaitu segala bentuk curahan atau hujan dari atmosfer ke bumi yang meliputi
hujan air, hujan es, dan hujan salju.
7. Run
Off (Aliran Permukaan), yaitu pergerakan aliran air di permukaan tanah melalui
sungai dan anak sungai.
8. Infiltrasi,
yaitu perembesan atau pergerakan air ke dalam tanah melalui pori tanah.
Di dalam siklus hidrologi terjadi proses
kondensasi dan sublemasi. Kondensasi adalah proses berubahnya uap air menjadi butir-butir
air, sedangkan sublemasi adalah proses berubahnya uap air menjadi butir-butir
es atau salju. Menurut perkiraan, air yang ada dipermukaan bumi seluruhnya
mencapai 1.360.000.000 km3. Sekitar 1.320.000.000 km3 berada
di lautan/samudera dan sisanya terjadi sirkulasi pada atmosfer ke daratan dan
kembali ke laut atau samudera.
Air yang ada dipermukaan bumi dan di
udara berada dalam bentuk cair, gas dan padat (es atau salju). Perubahan air
dalam tiga bentuk ini memang sangat menakjubkan. Jika terjadi perubahan
temperatur, air dapat berubah menjadi es yang disebut membeku (freezing), atau
sebaliknya es akan berubah menjadi air yang disebut mencair (melting), dan air
yang mencair tersebut dapat pula berubah menjadi gas melalui proses penguapan
(evaporation).
Dalam setahun tidak kurang dari 500.000
km3 air di muka bumi berubah menjadi gas ke dalam atmosfer. Kurang
lebih 430.000 km3 air laut berubah menjadi uap air atau sekitar
1.000 km3 setiap hari, dan sisanya 70.000 km3 menguap
dari daratan (termasuk penguapan dari tanaman yang disebut dengan
Transpiration).
Uap air yang terdapat dalam udara dapat
berubah menjadi butir-butir air atau es (kondensasi). Jika temperatur udara
terus menurun, butiran air berubah menjadi kristal-kristal es, lama kelamaan
semakin besar, dan udara tidak lagi mampu menahan beratnya sehingga jatuh ke
bumi sebagai hujan (precipitation). Butiran-butiran air atau kristal-kristal es
yang masih bertahan melayang-layang di udara karena amat kecil disebut awan.
Sebaliknya, setiap tahunnya curah hujan
yang jatuh ke permukaan bumi sekitar 500.000 km3, yaitu 390.000 km3
langsung jatuh di laut/samudera, dan 110.000 km3 jatuh di daratan.
Persebaran air yang berada di muka bumi secara persentase adalah sebagai
berikut : air laut 97,5 %, air sungai, air danau, air tanah, dan salju 2,449 %,
serta berupa uap air 0,001 %.
AIR PERMUKAAN.
Air permukaan adalah bagian dari air
hujan yang tidak mengalami infiltrasi (peresapan), atau air hujan yang
mengalami peresapan dan muncul kembali ke permukaan bumi sebagai mata air. Mata
air yang muncul di permukaan bumi akan mengalir sebagai air permukaan.
Macam-macam air
permukaan :
A. Sungai
Sungai adalah air tawar yang mengalir
dari sumbernya di daratan menuju dan bermuara di laut, danau, atau sungai lain
yang lebih besar. Aliran sungai merupakan aliran yang bersumber dari 3 jenis
limpasan, yaitu : limpasan yang berasal dari hujan, limpasan dari anak-anak
sungai, dan limpasan dari air tanah.
Pada umumnya, sungai bermuara sampai ke
laut atau danau-danau. Tetapi, adapula sungai-sungai yang muaranya tidak dapat
mencapai laut banyak terdapat di daerah gurun yang amat kering. Di Australia,
sungai jenis ini disebut creek dan di Arab disebut Wadi. Pada saat hujan, palung-palung
sungai ini berisi air tetapi bilamana hujan tidak ada, sungai ini hanya berupa palung-palung
yang kerin. Air hujan yang mengalir tidak dapat mencapai laut karena banyak
meresap ke dalam tanah yang kering dan ada pula yang habis menguap kembali ke
atmosfer.
Besarnya volume air yang mengalir pada
suatu sugai dalam satuan waktu pada titik tertentu di sungai itu, disebut debit
air. Debit air sungai terkecil terdapat di bagian hulu, sedangkan yang terbesar
terdapat di bagian muara. Sungai yang besar berarti debit airnya besar,
sebaliknya, sungai yang kecil berarti debit airnya kecil.
Besar kecilnya volume air yang mengalir
(debit air sungai) dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain sebagai
berikut :
Iklim, usur iklim sangat berpengaruh
terhadap debit air sungai. Banyaknya curah hujan (Presipitasi) dan besarnya
penguapan (evaporasi) sangat menentukan volume air yang ada dalam sungai.
Pada saat musim penghujan presipitasi
lebih besar dibandingkan besarnya evaporasi yang mengakibatkan debit air
menjadi besar bahkan terjadi luapan air atau banjir. Tetapi sebaliknya, pada
musim kemarau jumlah presipitasi menurun tetapi tingkat penguapan meningkat
sehingga debit air semakin kecil.
Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS), luas
dan ketinggian daerah aliran sungai berpengaruh besar terhadap debit air
sungai. Daerah aliran sungai adalah bagian permukaan bumi yang berfungsi untuk
menerima, menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya melalui
sungai. Contoh : hujan yang jatuh pada bagian permukaan bumi mengalirkan airnya
ke sungai, misalnya sungai Kapuas. Bagian permukaan bumi yang menerima air
hujan dan mengalirkan airnya ke sungai Kapuas disebut DAS Kapuas. Das biasanya
dibatasi oleh punggung/igir perbukitan atau pegunungan. DAS yang luas berarti
memiliki daerah tangkapan hujan yang luas pula, sehingga debit air sungai yang
mengalir pada DAS itu akan lebih besar.
Ada
berbagai bentuk atau tipe sungai yaitu :
1. Sungai
Consequent Lateral, yakni sungai yang arah alirannya menuruni lereng-lereng
asli yang ada di permukaan bumi seperti dome, blockmountain, atau dataran yang
baru terangkat.
2. Sungai
Consequent Longitudinal, yakni sungai yang alirannya sejajar dengan
antiklinal (bagian puncak gelombang pegungungan).
3. Sungai
Subsequent, yakni sungai yang terjadi jika pada sebuah sungai consequent
lateral terjadi erosi mundur yang akhirnya akan sampai ke puncak lerengnya,
sehingga sungai tersebut akan mengadakan erosi se samping dan memperluas
lembahnya. Akibatnya akan timbul aliran baru yang mengikuti arah strike (arah
patahan).
4. Sungai
Superimposed, yakni sungai yang mengalir pada lapisan sedimen datar yang
menutupi lapisan batuan di bawahnya. Apabila terjadi peremajaan, sungai
tersebut dapat mengikis lapisan-lapisan penutup dan memotong formasi batuan
yang semula tertutup, sehingga sungai itu menempuh jalan yang tidak sesuai
dengan struktur batuan.
5. Sungai
Antecedent, yakni sungai yang arah alirannya tetap karena dapat mengimbangi
pangangkatan yang terjadi. Sungai ini hanya dapat terjadi bila pengangkatan
tersebut berjalan dengan lambat.
6. Sungai
Resequent, yakni sungai yang mengalir menuruni dip slope (kemiringan
patahan) dari formasi-formasi daerah tersebut dan searah dengan sungai
consequent lateral. Sungai resequent ini terjadi lebih akhir sehingga lebih
muda dan sering merupakan anak sungai subsequent.
7. Sungai
Obsequent, yakni sungai yang mengalir menuruni permukaan patahan, jadi
berlawanan dengan dip dari formasi-formasi patahan.
8. Sungai
Insequent, yakni sungai yang terjadi tanpa ditentukan oleh sebab-sebab yang
nyata. Sungai ini tidak mengalir mengikuti perlapisan batuan atau dip. Sungai
ini mengalir dengan arah tidak tentu sehingga terjadi pola aliran dendritis.
9. Sungai
Reverse, yani sugai yang tidak dapat mempertahankan arah alirannya melawan
suatu pengangkatan, sehingga mengubah arahnya untuk menyesuaikan diri.
10.
Sungai Komposit, yakni sungai yang
mengalir dari daerah yang berlainan struktur geologinya. Kebanyakan sungai yang
besar merupakan sungai komposit.
11.
Sungai Anaclinal, yakni sungai yang
mengalir pada permukaan, yang secara lambat terangkat dan arah pengangkatan
tersebut berlawanan dengan arah arus sungai.
12.
Sungai Compound, yakni sungai yang
membawa air dari daerah yang berlawanan geomorfologinya.
Ada
berbagai pola aliran sungai, sebagai berikut :
1. Pararel,
adalah pola aliran yang terdapat pada suatu daerah yang luas dan miring sekali,
sehingga gradient dari sungai itu besar dan sungainya dapat mengambil jalan ke
tempat yang terendah dengan arah yang kurang lebih lurus. Pola ini misalnya
dapat terbentuk pada suatu coastal plain (dataran pantai) yang masih muda yang
lereng aslinya miring sekali kea rah laut.
2. Rectangular,
adalah pola aliran yang terdapat pada daerah yang mempunyai struktur patahan,
baik yang berupa patahan sesungguhnya atau hanya joint (retakan). Pola ini
merupakan pola aliran siku-siku.
3. Angulate,
adalah pola aliran yang tidak membentuk sudut siku-siku tetapi lebih kecil atau
lebih besar dari . di sini masih
kelihatan bahwa sungai-sungai masih mengikuti garis2 patahan.
4. Radial
Centrifugal, adalah pola aliran pada kerucut gunung berapi atau dome yang baru
mencapai stadium muda dan pola alirannya menuruni lereng-lereng pegunungan.
5. Radial
Centripetal, adalah pola aliran pada suatu kawah atau crater dan suatu kaldera
dari gunung berapi atau depresi lainnya, yang pola alirannya menuju ke pusat
depresi tersebut.
6. Trellis,
adalah pola aliran yang berbentuk seperti trails. Di sini sungai mangalir
sepanjang lembah dari suatu bentukan antiklin dan sinklin yang pararel.
7. Annular,
adalah variasi dari radial pattern. Terdapat pada suatu dome atau kaldera yang
sudah mencapai stadium dewasa dan sudah timbul sungai consequent, subsequent,
resequent dan obsequent.
8. Dentritic,
adalah pola aliran yang mirip cabang atau akar tanaman. Terdapat pada daerah
yang batu-batuannya homogen, dan lereng-lerengnya tidak begitu terjal, sehingga
sungai-sungainya tidak cukup mempunyai kekuatan untuk menempuh jalan yang lurus
dan pendek.
Macam-macam
sungai berdasarkan keajegan aliran airnya, yaitu sebagai berikut :
1. Sungai
Episodik, yaitu sungai yang airnya tetap mengalir baik pada musim kemarau
maupun pada musim penghujan. Jenis sungai ini banyak terdapat di Irian Jaya,
Sumatera, dan Kalimantan.
2. Sungai
Periodik, yaitu sungai yang hanya berair pada musim penghujan saja, sedang pada
musim kemarau kering tak berair. Jenis sungai ini banyak terdapat di Jawa
Timur, Nusa Tenggara, dan Sulawesi, pada umumnya sungai periodik ini mempunyai
mata air dari daerah2 yang hutannya sudah gundul.
Macam-macam
sungai berdasarkan sumber airnya yaitu sebagai berikut :
1. Sungai
Tadah Hujan, yaitu sungai yang volume airnya tergantung pada air hujan, seperti
sungai-sungai di Pulau Jawa.
2. Sungai
Campuran atau Sungai Kombinasi, yaitu sungai yang sumber airnya berasal dari
air hujan dan gletser (salju yang mencair, kemudian mengalir) oleh karena itu
jika sungai mata airnya dari gletser disebut sungai gletser. Contohnya sungai
Mamberema di Irian Jaya.
Bagian-bagian
pada daerah aliran sungai, yaitu :
1) Bagian
Hulu Sungai.
Yaitu
bagian sungai yang dekat dengan mata air, merupakan sungai dalam stadium muda,
dengan ciri2 :
1. Pengikisan
kearah dalam atau vertikal
2. Aliran
airnya deras
3. Tebingnya
curam
4. Tidak
terjadi proses pengendapan/sedimentasi
5. Belum
terdapat teras2 sungai.
2) Bagian
Tengah Sungai.
Yaitu
bagian antara hulu sungai dengan hilir sungai dan disebut stadium dewas, dengan
ciri2 :
1. Pengikisan
ke arah dalam dan samping
2. Alirannya
kurang begitu jelas
3. Banyak
terjadi pengendapan
4. Terdapat
teras2 sungai.
Terbentuknya
pola aliran yang berkelok-kelok atau disebut meander.
3) Bagian
Hilir Sungai.
Yaitu
bagian sungai yang dekat ke laut, dan disebut stadium tua dengan ciri2 :
1. Pengikisan
tidak terjadi
2. Aliran
air tenang
3. Banyak
terjadi pengendapan
4. Teras2
sudah tidak jelas
5. Sungai
banyak berkelok-kelok
6. Terdapat
beting2 pasir di tengah sungai yang disebut dengan delta.
Pemberdayaan air daera
aliran sungai
Salah satu aspek yang kerap kali
dilupakan berkaitan dengan terjadinya banjir di satu kota adalah banjir itu
sangat berkaitan erat dengan kesatuan wilayah yang disebut dengan daerah aliran
sungai (DAS). DAS sendiri didefinisikan sebagai satu hamparan wilayah dimana air
hujan yang jatuh di wilayah itu akan menuju ke satu titik outlet yang sama,
apakah itu sungai, danau, atau laut.
Jadi jika air hujan yang jatuh di rumah
Anda mengalir ke selokan dan menuju ke Sungai Ciliwung, maka Anda adalah warga
DAS Ciliwung. Itu artinya, jika air sungai Ciliwung meluap dan menggenangi
dataran banjir di sekitarnya, maka Anda (air hujan dari persil lahan Anda)
punya kontribusi terhadap terjadinya banjir itu.
Dengan demikian setiap kita pasti warga
dari satu DAS dan setiap warga DAS berpotensi untuk memberikan kontribusi
terhadap terjadinya banjir di bagian hilir DAS yang bersangkutan. Dalam
perspektif ilmu lingkungan, setiap warga DAS berpotensi menghasilkan
eksternalitas negatif dari sisi hidrologi.
Kita, sebagai warga DAS (pemilik persil lahan), tidak menanggung akibat
eksternal dari air hujan yang jatuh di persil lahan kita dan keluar dari persil
kita sebagai aliran permukaan (run off). Padahal, kumpulan aliran permukaan
dari persil-persil lahan di wilayah DAS itu berakumulasi dan menyebabkan
terjadinya banjir. Biaya eksternalitas itu ditanggung oleh warga yang
kebanjiran antara lain dalam berbagai bentuk ketidaknyamanan, kerugian harta
dan materi, bahkan jiwa.
“Lalu,
apa yang mesti dilakukan?”
Dari perspektif tersebut, maka setiap
warga DAS perlu melakukan apa yang dalam ilmu lingkungan disebut sebagai
internalisasi, yaitu melakukan “sesuatu” di persil lahan yang dimiliki atau
dikuasai, sehingga bagian air hujan yang jatuh di persil lahan kita menimbulkan
eksternalitas negatif yang seminimal mungkin.
Pengertian Daerah
Aliran Sungai (DAS)
Suatu
“daerah aliran sungai” atau DAS adalah sebidang lahan yang menampung air hujan
dan mengalirkannya menuju parit, sungai dan akhirnya bermuara ke danau atau
laut. Istilah yang juga umum digunakan untuk DAS adalah daerah tangkapan air
(DTA) atau catchment atau watershed. Batas DAS adalah punggung perbukitan yang
membagi satu DAS dengan DAS lainnya (Gambar 1).
Gambar 1. Skema sebuah Daerah Aliran Sungai (DAS).
Karena air mengalir dari tempat yang
tinggi ke tempat yang lebih rendah sepanjang lereng maka garis batas sebuah DAS
adalah punggung bukit sekeliling sebuah sungai. Garis batas DAS tersebut
merupakan garis khayal yang tidak bisa dilihat, tetapi dapat digambarkan pada
peta.
Batas DAS kebanyakan tidak sama dengan
batas wilayah administrasi. Akibatnya sebuah DAS bisa berada pada lebih dari
satu wilayah administrasi. Ada DAS yang meliputi wilayah beberapa negara
(misalnya DAS Mekong), beberapa wilayah kabupaten (misalnya DAS Brantas), atau
hanya pada sebagian dari suatu kabupaten.
Tidak ada ukuran baku (definitif) suatu
DAS. Ukurannya mungkin bervariasi dari beberapa hektar sampai ribuan hektar.
DAS Mikro atau tampungan mikro (micro catchment) adalah suatu cekungan pada
bentang lahan yang airnya mengalir pada suatu parit. Parit tersebut kemungkinan
mempunyai aliran selama dan sesaat sesudah hujan turun (intermitten flow) atau
ada pula yang aliran airnya sepanjang tahun (perennial flow). Sebidang lahan
dapat dianggap sebagai DAS jika ada suatu titik penyalur aliran air keluar dari
DAS tersebut.
Sebuah DAS yang menjadi bagian dari DAS
yang lebih besar dinamakan sub DAS; merupakan daerah tangkapan air dari anak
sungai.
DAS dapat dibagi ke dalam tiga komponen
yaitu: bagian hulu, tengah dan hilir. Ekosistem bagian hulu merupakan daerah
tangkapan air utama dan pengatur aliran. Ekosistem tengah sebagai daerah
distributor dan pengatur air, sedangkan ekosistem hilir merupakan pemakai air.
Hubungan antara ekosistem-ekosistem ini menjadikan DAS sebagai satu
kesatuan hidrologis. Di dalam DAS terintegrasi berbagai faktor yang dapat
mengarah kepada kelestarian atau degradasi tergantung bagaimana suatu DAS
dikelola .Di pegunungan, di dataran tinggi dan dataran rendah sampai di pantai
dijumpai iklim, geologi, hidrologi, tanah dan vegetasi yang saling berinteraksi
membangun ekosistem. Setiap ekosistem di dalam DAS memiliki komponen hidup dan
tak-hidup yang saling berinteraksi. Memahami sebuah DAS berarti belajar tentang
segala proses-proses alami yang terjadi dalam batas sebuah DAS.
Sebuah
DAS yang sehat dapat menyediakan:
· Unsur
hara bagi tumbuh-tumbuhan
· Sumber
makanan bagi manusia dan hewan
· Air
minum yang sehat bagi manusia dan makhluk lainnya
· Tempat
berbagai aktivitas manusia dan hewan
Beberapa proses alami dalam DAS bisa
memberikan dampak menguntungkan kepada sebagian kawasan DAS tetapi pada saat
yang sama bisa merugikan bagian yang lain. Banjir di satu sisi memberikan
tambahan tanah pada dataran banjir tetapi untuk sementara memberikan dampak
negatif kepada manusia dan kehidupan lain.
Sumber: Fahmudin
Agus dan Widianto (2004). “Petunjuk Praktik Konservasi Tanah Pertanian Lahan
Kering “. Bogor: World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia. Hal 3 – 4
Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai (DAS)
Apa yang Dimaksud
dengan DAS?
Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu
wilayah yang dibatasi oleh punggungpunggung bukit yang menampung air hujan dan
mengalirkannya melalui saluran air, dan kemudian berkumpul menuju suatu muara
sungai, laut, danau atau waduk.
Apa yang dimaksud
dengan pengelolaan DAS?
Pada daerah aliran sungai terdapat
berbagai macam penggunaan lahan, misalnya hutan, lahan pertanian, pedesaan dan
jalan. Dengan demikian DAS mempunyai berbagai fungsi sehingga perlu dikelola.
Pengelolaan DAS merupakan suatu kegiatan
yang dilakukan oleh masyarakat, petani dan pemerintah untuk memperbaiki keadaan
lahan dan ketersediaan air secara terintegrasi di dalam suatu DAS.
Dari namanya, ‘DAS’ menggambarkan bahwa
‘sungai’ atau ‘air’ merupakan faktor yang sangat penting dalam pengelolaan DAS
karena air menunjang kehidupan berbagai makhluk hidup di dalamnya.
Apa saja masalah pada
DAS?
Masalah pada DAS yang utama berhubungan
dengan jumlah (kuantitas) dan mutu (kualitas) air.
· Air
sungai menjadi berkurang (kekeringan) atau menjadi terlalu banyak (banjir)
menggambarkan jumlah air.
· Air
sungai yang bersih menjadi keruh karena erosi dan hanyutnya zat beracun dari
daerah perindustrian atau pertanian menggambarkan mutu air.
Apa tujuan
pengelolaan DAS?
Pengelolaan
DAS bertujuan untuk:
· Mengkonservasi
tanah pada lahan pertanian.
· Memanen/menyimpan
kelebihan air pada musim hujan dan memanfaatkannya pada musim kemarau.
· Memacu
usahatani berkelanjutan dan menstabilkan hasi l panen melalui perbaikan
pengelolaan sistem pertanian.
· Memperbaiki
keseimbangan ekologi (hubungan tata air hulu dengan hilir, kualitas air,
kualitas dan kemampuan lahan, dan keanekaragaman hayati).
Bagaimana Mengelola
DAS?
Sebelum mengelola DAS perlu diketahui
beberapa hal:
· Apa
yang ada di dalam DAS (apa potensi DAS)?
· Apa
masalah yang ada di dalam DAS?
· Apa
yang kita inginkan dari pengelolaan DAS?
· Apa
yang bisa diperbaiki/dirubah?
· Bagaimana
cara memperbaikinya?
· Apa
dampak perbaikan tersebut terhadap masyarakat yang ada di dalam DAS?
Dengan menjawab pertanyaan tersebut di
atas, akan terbentuk ‘visi (pandangan ke depan) tentang pengelolaan DAS. Tanpa
memahami ‘visi’, maka tujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas DAS
menjadi tidak jelas.
Contoh jawaban dari pertanyaan tersebut
· Potensi
DAS: Kemiringan lahan rata-rata 40%, curah hujan tahunan 2200 mm, kesuburan
sedang, luas DAS 22,000 ha, jumlah penduduk 50,000 jiwa. DAS digunakan untuk
pertanian tanaman semusim secara intensif.
· Masalah:
Air sungai makin berlumpur dan banjir lebih sering terjadi dibandingkan
dengan ketika lahan masih berupa hutan.
· Tujuan
pengelolaaan: Air sungai bersih kembali dan banjir terkendali
· Perbaikan
yang mungkin dilakukan: Perubahan pola tanam menjadi tanaman tahunan atau
campuran tanaman tahunan dengan tanaman semusim dan pembuatan embung.
· Perubahan
yang mungkin terjadi: Kekeruhan air sungai dan banjir berkurang, air
untuk minum ternak dan menyiram tanaman tersedia lebih lama karena adanya
embung.
Komponen-komponen dalam
pengelolaan DAS
· Pengelolaan
dan konservasi lahan pertanian
· Pembuatan
dan pemeliharaan saluran air, bangunan terjunan air dan sebagainya.
· Peningkatan
penutupan lahan melalui penerapan teknik agroforestri, hutan rakyat,
hortikultura buah-buahan, penanaman hijauan pakan ternak dan perikanan darat.
· Pemeliharaan
tebing sungai
· Pengembangan
infrastruktur yang sesuai, misalnya pembangunan sarana irigasi.
Hutan dan hubungannya
dengan pengelolaan DAS
Hutan mempunyai peranan penting dalam
mengkonservasi DAS. Dengan semakin berkurangnya hutan, maka timbul berbagai
masalah dalam pengelolaan DAS, karena hutan mempunyai sifat:
· Meredam
tingginya debit sungai pada musim hujan, dan berpotensi memelihara kestabilan
aliran air sungai pada musim kemarau
· Mempunyai
serasah yang tebal sehingga memudahkan air meresap ke dalam tanah dan
mengalirkannya secara perlahan ke sungai. Selain itu, lapisan serasahnya juga
melindungi permukaan tanah dari gerusan aliran permukaan sehingga erosi pada
tanah hutan sangat rendah.
· Mempunyai
banyak pori makro dan pipa di dalam tanah yang memungkinkan pergerakan air
secara cepat ke dalam tanah.
Karena sifat-sifat hutan yang
mengutungkan tersebut, maka hutan perlu dipertahankan. Apabila hutan sudah
terlanjur dibuka (terutama pada bagian DAS yang peka erosi), penggunaan
lahannya perlu diusahakan supaya mendekati bentuk hutan. Sistem agroforestri pada
dasarnya ditujukan untuk mengembalikan berbagai fungsi hutan. (J. Ruijter dan
F. Agus April 2004).
Pengelolaan DAS
Dalam mengelola sumberdaya lahan suatu
DAS perlu diketahui apa yang menjadi masalah utama DAS. Masalah DAS pada
dasarnya dapat dibagi menjadi:
a. Kuantitas
(jumlah) air
· Banjir
dan kekeringan
· Menurunnya
tinggi muka air tanah
· Tingginya
fluktuasi debit puncak dengan debit dasar.
b. Kualitas
air
· Tingginya
erosi dan sedimentasi di sungai
· Tercemarnya
air sungai dan air tanah oleh bahan beracun dan berbahaya
· Tercemarnya
air sungai dan air danau oleh hara seperti N dan P (eutrofikasi)
Masalah ini perlu dipahami sebelum
dilakukan tindakan pengelolaan DAS. Sebagai contoh, apabila masalah utama DAS
adalah kurangnya debit air sungai untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik
tenaga air (PLTA), maka penanaman pohon secara intensif tidak akan mampu
meningkatkan hasil air. Seperti telah diterangkan terdahulu, pohon-pohonan
mengkonsumsi air lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman pertanian semusim dan
tajuk pohon-pohonan mengintersepsi sebagian air hujan dan menguapkannya kembali
ke udara sebelum mencapai permukaan tanah.
Apabila masalah utama suatu DAS adalah
kerawanan terhadap banjir maka teknik yang dapat ditempuh adalah dengan
mengusahakan agar air lebih banyak meresap ke dalam tanah di hulu dan di bagian
tengah DAS. Usaha ini dapat ditempuh dengan menanam pohon dan/atau dengan
tindakan konservasi sipil teknis seperti pembuatan sumur resapan, rorak dan
sebagainya. Apabila yang menjadi masalah DAS adalah tingginya sedimentasi di
sungai maka pilihan teknik konservasi yang dapat dilakukan adalah dengan
memperbaiki fungsi filter dari DAS.
Peningkatan fungsi filter dapat ditempuh
dengan penanaman rumput, belukar, dan pohon pohonan atau dengan membuat
bangunan jebakan sedimen (sediment trap). Apabila menggunakan metode vegetatif,
maka penempatan tanaman di dalam suatu DAS menjadi penting. Penanaman tanaman
permanen pada luasan sekitar 10% saja dari luas DAS, mungkin sudah sangat
efektif dalam mengurangi sedimentasi ke sungai asalkan tanaman tersebut ditanam
pada tempat yang benar-benar menjadi masalah, misalnya pada zone riparian (zone
penyangga di kiri kanan sungai). Apabila suatu DAS dihutankan kembali maka
pengaruhnya terhadap tata air DAS akan memakan waktu puluhan tahun. Pencegahan
penebangan hutan jauh lebih penting dari pada membiarkan penebangan hutan dan
menanami kembali lahan gundul dengan pohonpohonan.
Lagipula apabila penanaman pohon dipilih
sebagai metode pengatur tata air DAS, penanamannya harus mencakup sebagian
besar wilayah DAS tersebut. Jika hanya 20- 30% dari wilayah DAS ditanami, pengaruhnya
terhadap tata air mungkin tidak nyata.
Penyebaran tanaman kayu-kayuan secara
merata dalam suatu DAS tidak terlalu memberikan arti dalam menurunkan
sedimentasi. Tabel 4.1 memberikan ringkasan masalah DAS dan alternatif
teknologi yang dapat dipilih untuk mengatasinya.
B. Danau
Danau ialah suatu kumpulan air dalam
cekungan tertent, yang biasanya berbentuk mangkuk. Danau mendapat air dari
curah hujan, sungai-sungai, serta mata air, dan air tanah. Keempat sumber
tersebut bersama-sama dapat mengisi dan memberikan suplai air pada danau. Dalam
hal demikian biasanya danau itu bersifat permanen, artinya tetap berair
sepanjang tahun. Sebaliknya, jika sumber air pengisi danau itu hanya salah satu
unsur saja misalnya dari curah hujan, maka danau itu umumnya bersifat temporer
atau periodic. Artinya danau tersebut pada waktu-waktu tertentu kering.
Menurut
macam airnya, danau dapat dibedakan menjadi 2, yaitu sebagai berikut :
1) Danau
Air Asin.
Pada umumnya danau air asin terdapat di
daerah semiarid dan arid, di mana penguapan yang terjadi sangat kuat, dan tidak
memiliki aliran keluaran. Kalau danau semacam ini menjadi kering, maka
tinggallah lapisan garam di dasar danau tersebut. Danau-danau yang bersifat
temporer banyak terdapat di daerah arid yang mempunyai kadar garam tinggi.
Contoh danau kadar garam yang tinggi adalah Great Salt Lake, kadar garamnya
sebesar 18,6 %, dan Danau Merah (dekat laut asam), kadar garamnya 32 %.
2) Danau
Air Tawar.
Danau air tawar terutama terdapat di daerah-daerah
humid (basah) dimana curah hujan tinggi. Pada umumnya, danau ini mendapatkan
air dari curah hujan dan selalu mengalirkan airnya kembali ke laut. Jadi danau
ini merupakan danau terbuka.
Menurut terjadinya, danau dapat dibagi
menjadi beberapa jenis sebagai berikut :
1. Danau
Vulkanik/Kawah/Maar, yaitu danau yang terjadi karena peletusan gunung berapi yang menimbulkan kawah luas di puncaknya.
Kawah tersebut kemudian terisi oleh air hujan dan terbentuklah danau. Contoh :
Danau Kawah Gunung Kelud dan Gunung Batur.
2. Danau
Lembah Gletser, setelah zaman es berakhir, daerah-daerah yang dulunya
dilalui gletser menjadi kering dan diisi oleh air. Kalau lembah yang telah
terisi air itu tak berhubungan dengan laut, maka lembah itu akan menjadi danau.
Contohnya: danau Michigan, danau Huron, Superior, Erie, dan danau Ontario.
3. Danau
Tektonik, adalah danau yang terjadi karena peristiwa tektonik; yang
mengakibatkan terperosoknya sebagian kulit bumi. Maka terbentuklah cekungan
yang cukup besar. Contoh danau tektonik adalah : danau toba, singkarak, kerinci
dll.
4. Danau
Dolina/Karst, adalah danau yang terjadi karena pelarutan batuan kapur, sehingga
membentuk cekungan-cekungan yang yang bentuknya seperti dolina/karst. Danau ini
banyak ditemukan di daerah pegunungan kapur.
5. Danau
Hempangan/Bendungan, adalah danau yang terjadi karena aliran sebuah sungai
terbendung oleh lava, sehingga airnya menggenang dan terbentuklah danau.
Contohnya danau laut tawar di Aceh dan Tondano.
6. Danau
Buatan, adalah danau yang dibendung oleh manusia dengan tujuan untuk irigasi,
perikanan, pembangkit tenaga listrik dan lain. Contohnya : Danau Siombak di
Marelan, Proyek Asahan dll.
C. Rawa
Rawa adalah daerah di sekitar sungai
atau muara sungai yang cukup besar yang merupakan tanah lumpur dengan kadar air
relatif tinggi.
Rawa
dilihat dari genangan airnya, dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :
1) Rawa
yang airnya selalu tergenang
Tanah-tanah
di daerah rawa yang selalu tergenang airnya tidak dapat dimanfaatkan sebagai
lahan pertanian kerena lahannya tertutup tanah gambut yang tebal. Di daerah
rawa yang airnya selalu tergenang, sulit terdapat bentuk kehidupan binatang
karena airnya sangat asam. Derajat keasaman (pH) di daerah ini mencapai 4,5
atau kurang dengan warna air kemerah-merahan.
2) Rawa
yang airnya tidak selalu tergenang.
Rawa
jenis ini mengandung air tawar yang berasal dari limpahan air sungai pada saat
air laut pasang dan airnya relatif mongering pada saat air laut surut. Akibat
adanya pergantian air tawar di daerah rawa, maka keasaman tanah tidak terlalu
tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai areal sawah pasang surut. Salah satu
tanda yang menunjukkan bahwa kawasan rawa memiliki tanah yang tidak terlalu
asam adalah banyaknya pohon-pohon rumbia.
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
A. Pilihlah salah satu jawaban yang benar...!
1.
Berdasarkan
gambar di atas, termasuk dalam siklus...
a.
Siklus sedang c. Siklus panjang
b.
Siklus pendek d. Siklus panjang dan pendek
2. Berdasarkan
siklus hidrologi dibagi menjadi tiga siklus kecuali....
a. Siklus
sedang, siklus pendek, siklus panjang
b. Siklus
panjang, siklus sedang, siklus pendek
c. Siklus
pendek, siklus panjang, siklus sedang
d. Siklus
besar, siklus lebar, siklus tak lebar.
3. Hidrosfer
adalah daerah perairan yang mengikuti bentuk bumi yang bulat. Daerah perairan
ini meliputi....
a. samudera,
laut, danau, sungai, gletser, air tanah
b. air
tanah, samudera, laut, danau, sungai, air tawar
c. rawah,
glaster, air tanah, danau, samudra,
d. laut,
samudra, danau, air tawar, glaster,
rawah
4. Berikut
ini yang merupakan contoh terjadinya siklus sedang adalah..
a. air
laut menguap, kondensasi, angin, awan diatas daratan, hujan, tanah, selokan,
sungai, kelaut lagi.
b. Sungai,
selokan, kelaut lagi, awan diatas daratan, hujan, air laut,
kondensasi,tanah,kedaratan lagi
c. Kedaratan
lagi,selokan air laut, hujan, kondensasi, sungai,
d. Awan
diatas daratan, hujan, air laut, kondensasi, tanah, kelaut lagi
5. Hidrosfer
dapat diartikan sebgai......
a. Persebaran
c. Perairan
b.
Penyebaran d.penguraiyan
B. Jawablah
soal-soal dibawah ini dengan singkat dan jelas....!
1.
Jelaskan pengertian hidrosfer....?
2.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan
DAS....?
3.
Ada beberapa cabang-cabang ilmu yang
mempelajari air di permukaan bumi
sebutkan....!
4.
Apa yang dimaksud dengan air permukaan
jelaskan...?
5.
Sebutkan tiga macam siklus hidrologi
beserta contohnya..?
Lembar jawaban PG...
1.
c. Siklus panjang
2.
a. Siklus sedang, siklus pendek, siklus
panjang
3.
a. samudera, laut, danau, sungai,
gletser, air tanah
4.
a. air laut menguap, kondensasi, angin,
awan diatas daratan, hujan, tanah, selokan, sungai, kelaut lagi
5.
c. Perairan
Lembar
jawaban Esai..
1.
Hidrosfer berasal dari kata hidros yang
artinya air dan sphere yang artinya daerah atau bulatan. Hidrosfer dapat
diartikan daerah perairan yang mengikuti bentuk bumi yang bulat
2.
Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu
wilayah yang dibatasi oleh punggungpunggung bukit yang menampung air hujan dan
mengalirkannya melalui saluran air, dan kemudian berkumpul menuju suatu muara
sungai, laut, danau atau waduk
3.
Hidrometerologi, potamologi,
geofidrologi, limnologi, oesanologi.
4.
Air permukaan adalah bagian dari air
hujan yang tidak mengalami infiltrasi (peresapan), atau air hujan yang
mengalami peresapan dan muncul kembali ke permukaan bumi sebagai mata air. Mata
air yang muncul di permukaan bumi akan mengalir sebagai air permukaan.
5.
Siklus sedang, siklus pendek, siklus
panjang