Jumat, 25 November 2011

Pendidikan Sebagai Proses Penyiapan Warga Negara


                   PENDIDIKAN SEBAGAI PROSES PENYIAPAN WARGA NEGARA
                                                                      OLEH
                                                    RAHMAWATI THALIB

Abstrak : Pendidikan sebagai penyiapan warga negara, di artikan sebagai kegiatan yang terencana untuk membekali pesert didik agar menjadi warga negara yang baik. Tentu sja istila baik di sini bersifat relatif, tergantung kepada tujuan nasional dari masing –masing bangsa mempunyai filsafat hidup yang berbeda bea bagi kita warga negara yang baik di artikan selaku pribadi yang tau hak dan kewajiban sebagai warga negara, hal ini di tetapkan dalam undang –undang dasar 1945 pasal 27 yang menyatakan bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintah dan wajib menjunjung pemerintagh itu degan tak ada kecualinya.
            Kata kunci: pendidikan, penyiapan, proses, warga negara 
A.    PENDAHULUAN
Warga negara di artikan sebagai orang orang yang menjadi bagian dari suatu penduduk yang menjdi unsur negara.istil warga negara lebih sesuai dengan kedudukanya sebagai orang merdeka di bandingkan dengan hamba  atau kaulah negara. Karena warga negara mengandung arti peserta,anggota, atau warga di suatu negara, yakni peserrta dari suatu persekutuan yang didirikan dengan kekuatan bersama. Untuk itu, setiap warga negara mempunyai persamaan hak di depan hukum.pendidikan adalah suatau usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bay lahir seperti yang di lakukan banyak  orang memainkan musik dan membaca kepada bay dalam kandungan dengan harapan ia akan bisa (mengajar) bay mereka sebelum kelahiran. Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan serhari hari lebih berarti kepada dari pada pendidikan formal.

B.     METODE
Metode yang di gunakan dalam penyesunan artikel ini adalah studi literatur (perpustakaan),dimana penulis mencari sumber-sumber melalui internet atau temuan-temuan sebelumnya diperoleh melalui studi keperpustakaan yang kemudian ditelaah.
C.    HASISL DAN PEMBAHASAN

a.      PENDIDKAN SEBAGAI PROSES PENYIAPAN WARGA NEGARA
Pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara, diartikan sebagai keiatan yang terencana untuk membekeli peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.seperti kata Mark Twain, ‘’saya tidak pernah membiyarkan sekolah menggangu pendidikan saya ‘’ anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka walapun pengajaran anggota berjalan secara tidak resmi.
Manusia selama hidupnya akan mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah dan masyarakat luas. Ketiga lingkungan ini sering disebut sebagai tripusat pendidikan, yang akan mempengaruhi manusia secara bervariasi tertentu, setiap bayi manusia dilahirkan dalam lingkungan keluarga tertentu, yang merupakan lingkungan pendidikan sampai anak mulai masuk taman anak-anak ataupun sekolah. Oleh karena itu keluarga sering dipandang sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama.makin bertamba usia manusia, peranan sekolah dan masyarakat luas makin penting, namun peran keluarga tidak terputus.
Pemahaman peranan keluarga, sekolah, dan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan akan sangat penting dalam upaya membantu perkembangan peserta didik yang optimal. Pemahaman itu bukan hanya tentang peranannya masing-masing, mesipun dengan bobot pengaruh yang berfariasi sepanjang hidup manusia.
a.      Pengertian dan Fungsi Lingkungan Pendidikan
Manusia memilki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan malalui pengalaman. Pengalam itu terjadi karna inteksi manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan fisisk maupun sosial manusia dengan lingkungannya itu secara efisien dan efektif itulah yang disebut dengan pendidikan dan latar tempat berlangsungnya pendidikan disebut lingkungan pendidikan, khusunya pada tiga lingkungan utama pendidikan yakni keluarga, sekolah dan masyarakat (Umar Tirtaraharja et.al.,1990: 39-40). Seperti diketahui, lingkungan pendidikan pertaa dan utama adalah keluarga. Makin bertamba usia seseorang, peranan pendidikan keluarga lainnya (yakni sekolah dan masyarakat) semakin penting meskipun pengaruh lingkungn kelurga masih tetap berlanjut.
Berdasarkan perbedaan ciri-ciri penyelengraan pendidikan pada ketiga lingkungan pendidikan itu, maka ketiga sering dbedakan sebagai pendidikan informal dan pendidikan formal, dan pendidikan nonformal. Pendidikan yang terjadi dalam lingkngan keluarga berlangsung alamia dan wajar serta disebut pendidikan informal. Sebaliknya, pendidikan disekolah adalah pendidikan yang secara sengaja direncanakan dan dilaksanakan dengan aturan-aturan yang ketat, sepeti harus berjenjang dan berkesinambungan, sehingga disebut pendidikan formal. Sedangkan pendidikan dilingkungan masyarakat (umpanya kursus dan kelompok) tidak dipersyaratkan berjenjang dan berkesinambungan, serta dengan aturan-aturan yan lebih longgar sehingga disebut pendidikan nonformal. Pendidikan informal, formal, dan nonformal itu sering dipandang sebagai sistem dari sistem pendidikan (Umar Tirtaraharja et.al., 1990:13-15), serta bersama-sama menjadikan pendidikan berlangsung seumur hidup (Cropley,1979:3).
b.      Tripusat Pendidikan
Manusia sepanjang hidupnya selalu akan menerima pengaruh dari tiga lingkungan pendidikan yang utma yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat, dan ketiga disebut tripusat pendidiknan. Lingkungan pendidikan yang mula-mula tetapi terpenting adalah krluarga. Pada masyarakat yang masih sederhana dengan struktur sosial yang belum komplek, cakrawa anak sebagai besar masih terbatas pada kelurga.
1.      Keluarga
Kelurga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan semenda dan sedarah. Kelurga itu dapat tebentuk kelurga inti (nucleus family:ayah, ibu dan anak), ataupun kelurga yang diperluas (disamping inti, ada orang lain:kakek/nenek, adik/ipar, pembantu, dan lain-lain). Pada umumnya jenis kedualah yang banyak ditemui dalam masyarakat indonesia.
Perkembngan kebutuhan dan aspirasi individu maupun masyarakatnya, menyebabkan peran kelurga terhadap pendidikan anak-anak juga mengalami perubahan. Seperti telah dikemukakan bahwa pada mulanya, keluarga yang terutama berperan baik pada aspek kebudayaan, maupun penguasaan pengetahuan dan keterampilan. Dengan meningkatnya kebutuhan dan aspirasi anak, maka keluarga pada umunya tidak mampu memenuhinya. Oleh karena itu sebagian dari tujuan pendidikan akan dicapai melalui jalur pendidikan sekolah ataupun jalur pendidikan sekolah lainnya (kursus, kelompok belajar, dan sebagainnya). Bahkan peran jalur pendidikan makin lama mkin penting, khususnya yang berkaitan dengan aspe pengetahuan dan keterampilan. Hal itu tidak berarti bahwa keluarga dapat melepaskan diri dari tanggung jawab pendidikan anaknya itu, karna keluarga diharapkan bekerja sama dan mendukung kegiatan pusat pendidikan lainnya (sekolah dan masyarakat).
Menurut Ki Hajar Dewantoro, suasana keluarga merupaan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan orang-seorang (pendidikan individual) maupun pendidikan sosial. Keluarga itu adalah tempat pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya untuk melangsungkan pendidikan kearah pembentukan pribadi yang utuh, tidak saja bagi anak-anak tapi juga bai para remaja. Peran orang tua dalam keluarga sebagai penurunan, sebagai pengajar dan sebagai pemberi contoh.
1.      Sekolah
Diantara tiga pusat pendidikan, sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Seperti telah dikeukakan bahwa karna kemajuan zaman, keluarga tidak mungkin lagi memenuhi seluru kebutuhan dan aspirasi generasi muda terhadap  IPTEK. Semakin maju suatu masayrakat semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum msuk dalam proses pembangunan masyarakat itu. Dari sisi lain sekolah juga menerima banyak kritik atas berbagai kelemahan dan kekurangannya, yang mecapai puncaknya.oleh karena itu, kajian ini terutama di arahkan kepada pencarian berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan peranan sekolah untuk tantangan.asumsi kajian ini adalah sekolah harus diupayakan sedemikian rupa agar mencerminkan suatu masyarakat indonesia dimasa depan, sehingga peserta didik memperoleh peluang yang optimal dalam menyiapkan didiri untuk melaksakan perannya itu. Oleh karena itu, sekolah seharusnya menjadi pusat pendidikan untuk menyiapkan manusia indonesia sebagai indifidu, warga masyarakat, warga negaradan warga dunia dimasa depan. Sekolah yang demikianlah yang diharapkan manpu melaksanakan fungsi pendidikan secara optimal, yakni mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan martabat manusia indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasinal (pasal 3). Tujuan nasinal tersebut diupayakan pencapaiannya melalui pembangunan nasional ; dengan demikian, pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia indonesia dalam mewujutkan masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan para wargannya mengembangkan diri baik berkenan dengan aspek jasmaninnya maupun rohaninya berdasarkan pancasila dan UUD 1945 (UU-RI No. 2 tahun 1989 butir menimbang ayat b)
Salah satu alternatif yang  mungkin dilakukan disekolah untuk melaksanakan kebijakan nasional itu adalah secara bertahap mengembangkan sekolah menjadi suatu tempat pusat latihan (treaning centre) manusia indonesia dimasa depan. Dengan kata lain, sekolah senbagi pusat pendidikan adalah sekolah yang mencerminkan masyarakat yang maju karna pemanfaatan secara optimal ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi tetap berpijak pada ciri keindonesiaan. Dengan demikian, pendidikan disekolah seyongianya secara seimbang dan serasi menjama aspek pembudayaan, penguasaan pengetahuan, dan pemilikan peserta didik.
2.      Masyarakat
Kaitan antara masyarakatb dan pendidikan dapat ditunjau dari tiga segi yakni:
a.       Masyarakat sebagai penyelengaraan pendidikan, yang dilembagakan (jalur sekolah dan jalur luar sekolah) maupun yang tidak dilembagakan (jalur luar sekolah)
b.      Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok sosial dimasyarakat, baik langsusng maupun tak langsung, ikut mempunyai peran dan fungsi edukatif.
c.       Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang (by desain) maupun dimanfaatkan (utility). Perlu pula diingat bahwa manusia dalam bekerja dan hidup sehari-hari akan selalu beupaya memperoleh manfaat dari pengalaman hidupnya itu untuk meningkatkan dirinya. Dengan kata lain, manusia berusaha mendidik dirinya sendiri dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia dimasyarakat dalam bekerja, begaul, dan sebagainnya.
Dari tiga hal tersebut diatas, yang kedua dan ketigalah yang terutama menjadi kawasan dari kaian masyarakat sebagai pusat pendidikan. Namun perlu ditekankan bahwa tiga hal tersebut hanya dapat dibedakan, sedangkan dalam kenyataan sering sukar dipisahkan.
Sedangkan Warganegara merupakan bagian dari konsep kewargaan (bahasa inggris:citizenship). Didalam pengertian ini, warga suatu kota atau kabupaten disebut sebagai warga kota atau warga kabupaten, karna keduanya juga merupakan satuan politik. Dalam otonomi daerah, kewargaan ini mejadi penting, karna msing-masing satuan politik akan memberikan hak (biyasanya sosial) yang berbeda-beda bagi warganya. Kewarganegaraan memliki kemiripan dengan kebangsaan ( bahasa inggris:nationality). Yang membedakan adalah hak-hak untuk aktif dam perpolitikan. Ada kemungkinan untuk memliki  kebangsaan tampa menjadi seorang warga negara (contoh, secara hukum merupakan subjek suatu negara dan berhak atas perlindungan tampa memilki hak berpartisipasi dalam politik). Juga dimunkinkan untuk memiliki hak politik tampa menjadi anggota bangsa dari suatu negara.
Dibawa teori kontak sosial, suatu kewarganegaraan memilki implikasi hak dan kewajiban. Dalam filosofi ‘’ kewarganegaraan aktif’’, seorang warga negara di syaratkan untuk menyumbangkan kemampuannya bagi perbaikan komonitas melalui partisipasi ekonomi, layanan publik, kerja sukarela, dan berbagai kegiatan serupa untuk memperbaiki penghidupan masyarakatnya. Dari dasar pemikiran ini muncul mata pelajaran kewarganegaraan (bahasa inggris:civics) yang diberikan diasekolah-sekolah.
Warga negara di artikan sebagai orang-orang yang menjadi bagian dari suatu penduduk yang menjadi unsur negara. Istilah warga negara lebih sesuai dengan kedudukannya sebagi orang merdeka dibandingkan dengan istilah hamba atau kawula negara. Karna warga negara mengandung arti peserta, anggota, atau warga dari suatu negara, yakni peserta dari persekutuan yang didirika dengan kekuatan bersama. Untuk itu warga negara mempunyai hak dan dihadapan hukum .

D.    PENDAPAT PENULIS
Berdasakan pemahaman artikel diatas penulis berpendapat bahwa pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara merupakan proses dimana harus mengalami pengalaman- pengalaman masa lampau sebagai upaya mewujudkan aspirasi dan harapan masa depan, selain itu pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara juga bisa menciptakan warga negara yang memiliki intelektual serta moral.
E.     PENUTUP
KESIMPULAN
Dari hasil artikel di atas, dapat penulis menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu pengembagan potensi-potensi kemanusian yang merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia yang berpendidikan
SARAN
Penulis menyarankan bahwa pendidikan sangatlah membutuhkan proses belajar karna merupakan sala satu cara untuk mewariskan warga negara yang baik dari suatu generasi kegenerasi.
F.     DAFTAR PUSTAKA
Fuad Hassan.(1986). Mendekatkan Anak Didik Pada Lingkungan, Bukan        Mengasingkannya (Dialog). Prisma No. 2 tahun XV. H. 39-44.
Htt://id.wikipedia.org/wiki/kewarganegaran
Htt://jajusuf.blogspot.com/2011/03/warga-negara.html